h1

Saya Akan Berusaha…

Sunday, January 11, 2009

Saya yang sok sibuk ini, ternyata sudah lebih dari 1 tahun membiarkan blog saya tak terurus, tidak lagi menjadi bagian penting untuk berbagi makna hidup. Hidup saya yang biasa-biasa saja, rutin dan monoton, yaa..meskipun kadang sesekali ada juga gejolak2 yang membuatnya sedikit lebih berwarna, ternyata belum mampu menggerakkan saya untuk menulis dan berbagi segala pemikiran, keinginan, harapan, dan impian. Maafkan saya….

Di tahun yang baru ini, saya sekali lagi akan berusaha menepati janji yang pernah saya buat dulu. Saya akan berusaha…

h1

Cerita tentang Pajak Bandara

Tuesday, September 25, 2007

Enggak terasa sejak Juli akhir s.d September ini aku udah muter2 kemana2. Kalo diitung-itung udah dua kali naek travel PP Jakarta – Bandung dan 14 kali naek pesawat. Wuih banyak juga yah, ga nyangka.. Ehm, naek pesawat ke Jkt-Sby-Jkt-Medan-Jkt, trus Jkt-Sby-Jkt lanjut ke Jkt-Jogja-Jkt, minggu berikutnya Jkt-Palangka-Jkt, kemudian Jkt-Sby-Jkt dan terakhir Jkt-Sby-Jkt (lagi). Sering banget ternyata mudik ke sby, terhitung sejak agustus s.d Sept uda pulang lima kali. Edannn….

Sembilan minggu empatbelas kali naek pesawat, lima kali pindah kota eh enam kali ding…ama bandung lupa, trus potopoto yang enggak terhitung jumlahnya (next posting bakalan fenti share deh), nyicipnyicip makanan baru dan yang pasti bayar pajak setiap kali mampir di bandara. Nah, ttg pajak bandara ini yang paling menarik pengen untuk dibahas.

Tarif pajak beda2 disetiap kota, ga tau nih faktor-faktor apa yang mempengaruhi. Yang jelas, semakin besar kotanya maka makin mahal juga pajaknya, seperti halnya Jkt dan Sby yang masing2 pajaknya merupakan pajak bandara paling gede di tanah air Rp30 ribu, medan cuma Rp25 ribu. Brarti pendapatan kota ini juga makin besar, padahal kota2 kecil yang pajak bandaranya murah adalah kota yang masih perlu dikembangkan yang brarti berkorelasi dengan biaya pembangunan. Kalo pajaknya murah maka pendapatan daerah juga bakalan kecil. Ato mungkin justru trik buat menarik para turis2 supaya mau datang yah 🙂

Dari acara puter2 enggak karuan itu, fenti jadi penasaran ngitung pajak yang uda dibayarkan di setiap kota. Coba itung ah…

1. Jkt-Sby-Jkt-Medan-Jkt = Rp85 ribu (Pulang pergi kan? jadi Rp30 ribu nya dikalikan dua, trus yg ke medan karena transit dari sby jadi ga perlu bayar, bayarnya cuma pas balik dari medan-jkt)

2. Jkt-Sby-Jkt = Rp60 ribu

3. Jkt-Jogja-Jkt = Rp50 ribu

4. Jkt-Palangka-Jkt = Rp16 ribu (murah banget yah…cuma delapan ribu)

5. Jkt-Sby-Jkt (rute ini dua kali dilakukan, minggu berikutnya juga jadi langsung ditotal aja yah) = Rp120 ribu.

Total pajak Bandara yang uda aku bayarkan = Rp331 ribu. Waaah…lumayan juga, bisa menambah pemasukan buat negara. Apalagi APBN bakalan defisit gede nih seiring dengan naiknya harga minyak per barel. Hihihi…bangga juga bisa jadi warga negara yang baek 🙂

 

 

h1

‘Muhammad Yunus dan Bank Kaum Miskin’

Wednesday, July 11, 2007

Pertama kali tertarik beli buku ini karena nobel perdamaian yang diperoleh Muhammad Yunus “teladan perjuangan melawan kemiskinan” (mengutip sebutan Hugo Chavez, Presiden Venezuela untuk beliau) tahun 2006 yang lalu. Saya jadi bertanya-tanya, apa yang telah beliau lakukan buat negara dan perekonomian bangladesh sampai bisa menggugah dunia dan menjadi obyek percontohan buat negara2 berkembang seperti Indonesia. Jadilah pas ketemu buku ini di gramedia sabtu lalu, saya langsung semangat untuk membelinya dan langsung membacanya begitu pulang.

Buku ini lebih merupakan dokumentasi perjalanan hidup seorang Muhammad Yunus dengan visi, nilai-nilai dan jiwa nasionalisme yang luar biasa. Dari buku ini saya bisa belajar bahwa keinginan kuat untuk maju dan impian satu orang saja bisa mempengaruhi banyak orang bahkan bisa mempengaruhi suatu negara. Changing the world..

Muhammad Yunus sendiri merupakan dekan ekonomi sebuah Universitas terkenal di Bangladesh. Dipicu oleh bencana kelaparan yang melanda negerinya, beliau memutuskan untuk keluar dari kampus dan belajar mengenai ekonomi langsung dari masyarakat desa karena Muhammad Yunus merasa teori-teori ekonomi yang diajarkannya di kampus tidak menggambarkan kondisi riil yang ada. Saat itu beliau merasa bahwa keberadaan kampus dan seluruh pendidikan yang diajarkannya, seharusnya bermanfaat paling tidak untuk masyarakat disekelilingnya. Disinilah, Muhammad Yunus mempelajari teori ekonomi baru dari orang2 miskin.

Atas dasar inilah, Muhammad Yunus berusaha untuk mulai memberikan kredit tanpa agunan kepada kaum2 miskin terutama wanita melalui Grameen Bank ato bank pedesaan yang didirikannya. Setelah selama lebih dari 24 tahun berdiri, Grameen Bank telah berhasil memberikan kredit kepada 7 juta orang miskin di Bangladesh yang 58% peminjamnya telah berhasil diangkat dari kemiskinan. Bagaimana perjalanan beliau dalam mendirikan bank ini dan apa yang mendasari hingga Muhammad Yunus menciptakan jenis bank model baru, maaf anda harus membacanya sendiri. Inilah bagian paling menarik dari buku ini, begitu mengharukan, menyentuh dan menggugah rasa empati kita. Bagaimana beliau mendebat, membujuk dan meyakinkan kaum mapan disana untuk ikut bergerak mengentas kemiskinan. Saya yakin, ketika anda membaca buku ini, anda tidak akan ingin berhenti membaca sebelum menyelesaikannya sampai tuntas. Hanya dengan Rp56ribu, buku terbitan marjin kiri setebal 269 halaman, sangat bermanfaat buat semua terutama pemimpin dan pengambil kebijakan negeri ini.

ps: Dari buku ini pula, saya bisa tau sejarah berdirinya negara bangladesh. Negeri satu-satunya di dunia yang ingin merdeka karena perbedaan budaya (bahasa) dengan negara induknya yaitu pakistan. Selamat membaca…

buku2.jpgmyunus2.jpgmyunus3.jpgpoverty.jpgversi-bhs-inggris.jpg

h1

Parkir dan Rasa Aman

Wednesday, July 4, 2007

Bandara Juanda Surabaya, Minggu 1 Juli 07 pukul enam malem…

Jadwal flight ku ke jakarta masih satu jam sepuluh menit lagi, baru saja aku dan temanku erwin yang telah berbaik hati mengantarkanku, sampai juga di bandara setelah melakukan perjalanan satu jam dari rumahku. Erwin-pun memilih memakirkan sepedanya di parking lot yang searah dan tepat di depan terminal keberangkatan, biar aku tidak terlalu jauh berjalan. Erwin memang ngerti kalo aku males jalan jauh. Karena sudah memasuki waktu magrib, erwin memilih sholat terlebih dahulu di musholla bandara, sedangkan aku memutuskan untuk ngantri check in di counter air asia. Lima belas menit kemudian, kami bertemu di depan pintu masuk penumpang. Aku dan erwin memutuskan untuk duduk2 sebentar di counter dunkin donuts karena tempat duduk dibandara sudah lumayan penuh. Tentunya agar boleh nongkrong disana kami harus membeli beberapa produknya.

Setelah beberapa menit, sempat ngobrol2 sebentar, jam tujuh kurang seperempat, aku memutuskan untuk segera masuk dan menuju ke gate yang sudah ditentukan. Kami sempet salaman dulu, dadagh2, dan saling mengucapkan ati2.

45 menit kemudian…

Dalam perjalanan menuju boarding room, tiba2 saja handphone samsungku berdering. Erwin menelponku meski baru beberapa menit yang lalu kami ngobrol diluar. “Yang.., motorku kok ga ada yah diparkiran?” begitu katanya. Spontan kaget saya ngedengernya “Hah???!! yang bener? Mungkin lupa parkirnya disebelah mana?”. Tidak lama kemudian erwin kembali menelponku “belum ketemu…, sepertinya ilang”. Aku enggak tau harus komentar apa. Ya Allah, motornya ilang setelah nganter aku. Akupun diliputi perasaan bersalah, puyeng dan bingung. Bingung antara pengen keluar dari ruang boarding dan segera ikut nyari rame2 dengan petugas parkir bandara ato mengikuti perintah petugas untuk segera masuk ke pesawat. Yang malah saya lakukan adalah sms ke seluruh keluarga, mas soni, ibu dan kakak iparku mas pulung memberitakan masalah ini. Entah mereka bisa membantu ato apa. Sambil berdiri bingung, akupun menelpon erwin bertanya sekali lagi untuk memastikan keadaan, ternyata motor belum juga diketemukan. Aku udah pengen nangis, uda ga pengen berangkat namun erwin meyakinkan dan memintaku untuk tetap berangkat. Aku pun segera masuk ke pesawat dengan diliputi kegundahan hati, cemas dan tentunya perasaan bersalah yang mendalam.

5 menit setelah take off

Selama didalam pesawat, pikiranku enggak berhenti bertanya-tanya. Bagaimana motor yang diparkir di bandara, yang masuk dan keluar bandara saja harus diperiksa dua kali, salah satunya harus melewati pos PM tetap bisa kecolongan. Parkir yang sedianya dikelola dengan menjual jasa dan rasa aman, justru menjadi momok bagi para pengendara dan sasaran empuk pencurian. Jasa Parkir saat ini merupakan komoditi yang menguntungkan harusnya, bayarnya mahal per jam tapi tidak aman. Dan pada saat terjadi kehilangan semacam ini, pihak pengelola justru lepas tangan, padahal setiap harinya mereka memperoleh keuntungan yang tidak sedikit. Enak bener jadi pengelola parkir, rasanya jadi seperti bentuk usaha tanpa risiko. Kalo ilang tanggung sendiri ruginya. Lalu untuk apa kita bayar??! Huh…

h1

Jam Tangan Baru

Wednesday, June 27, 2007

jam-tangan2.jpgjam-tangan1.jpg

Sudah beberapa hari ini fenti punya jam tangan baru. Seneng banget akhirnya kesampaian punya jam tangan digital. Beli jam tangan ini tanpa rencana, fenti awalnya cuma pengen jalan2 aja, muter2 menghabiskan waktu liburan tanpa berpikir bakalan kepincut untuk belanja. Walah…akhirnya belanja juga, dasar cewek 🙂

Jam tangan ini dibeli di centro, plaza Semanggi. Berhubung lagi sale 20% jadilah fenti ga tahan kalo ga beli, apalagi pake dikompori teman yang sama2 belanja. Oya, sekarang ini di seluruh mall di jakarta lagi sale, obral dengan discount yang enggak karuan. Jakarta mau ultah nih, jadilah sale dimana-mana. Buruan, cuma sampai 14 Juli aja…

Jam tangan ini ternyata keren juga, bisa tetep hidup meski kerendem air sampai 50 meter, bisa nyala di kegelapan, hehehe…glow in the dark. Trus bisa jadi stopwatch, dan nyimpen beberapa data disini. Dan sebagian fiturnya fenti belum tau, baru sebagian ngutek2nya maklum kan masih baru. Yang pasti, jam tangan ini bakalan menemani hari2ku akhir2 ini. Hehehe…barang baru, masih seneng2nya 😀

h1

Unit Link

Wednesday, June 27, 2007

Pagi ini, sejenak aku menyempatkan waktu sejam dua jam untuk memenuhi janjiku meng-update blog baru. Mengurangi waktu kerjaku yang 8 jam sehari, ga papalah…toh nanti aku bisa menggantinya sore hari. Aku bisa pulang lebih malam, yang penting antara amanah dan janji tetap dapat dilaksanakan bebarengan tanpa harus merugikan satu sama lain. Yah..simbiosis mutualisme.

Sebenarnya aku bingung juga apa yang harus aku bagi di blog ini, namun akhir2 ini pekerjaan memintaku untuk mengkaji mengenai produk unit link antara asuransi dan reksadana. Ada baiknya aku juga membagi beberapa hal yang sudah aku dapatkan entah itu melalui browsing di internet maupun tanya senior2ku di kantor.

Poduk unit link merupakan produk gabungan antara investasi melalui reksadana dan asuransi. Menurutku, produk ini muncul karena karakteristik orang indonesia yang “takut rugi” yang akhirnya menciptakan jenis dan pola pemasaran baru. Banyak diantara masyarakat kita yang kurang menyadari pentingnya asuransi, asuransi bukan merupakan tindakan preventif namun lebih pada membuang uang tanpa hasil. Itulah sebabnya, digabungkanlah antara investasi dan asuransi agar masyarakat mau berasuransi namun tetap mendapatkan hasil melalui investasi reksadana yang menjadi satu dalam layanan produk ini.

Pekerjaanku adalah melihat bagaimana produk unit link antara asuransi dan reksadana dijalankan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian. Concern bank sentral adalah jangan sampai produk unit link yang bukan merupakan produk bank namun merupakan sumber fee based income dapat membawa risiko reputasi dan hukum bagi bank. Bank dalam hal ini hanya merupakan selling agent yang mendapatkan fee atas hasil penjualannya. Perusahaan asuransi dan reksadana memanfaatkan kelebihan bank dalam hal ini adalah jaringan nasabah yang menjadi target pasar mereka. Bank saat ini sudah menjelma menjadi departemen store yang menyediakan berbagai layanan produk dan berbagai jenis investasi. Nasabah tidak perlu lagi datang ke perusahaan investasi untuk ikut bermain di pasar saham dan uang. Nasabah juga tidak perlu lagi melangkahkan kaki ke perusahaan asuransi untuk membeli rasa aman. Inilah yang disebut shoes cost.

Hanya saja, bank tidak boleh lupa mengenai layanan purna jualnya. Bank tidak boleh semata-mata mencari keuntungan kemudian lepas tangan, jual putus istilahnya. Bank masih dan selalu harus melakukan pemantauan atas kinerja perusahaan investasi dan asuransi yang bekerjasama dengannya. Karena bagaimanapun nasabah hanya tahu bahwa produk ini diperolehnya melalui bank, nasabah akan selalu berkomunikasi dengan bank sebagai penjualnya bukan dengan perusahaan/manajer investasi pengelola portfolio reksadananya. Itulah sebabnya bank perlu melakukan due diligence atas perusahaan investasi dan asuransi yang bagus, yang memiliki kinerja maupun reputasi yang baik sehingga tidak akan merugikan bank pada akhirnya.

Bagaimanapun, setiap produk yang muncul pasti akan ada kelebihan dan kekurangannya. Investasi melalui unit link dengan agen penjualnya bank pasti akan mengurangi nilai awal investasi, karena fee yang diberikan perusahaan investasi dan asuransi dibebankan oleh perusahaan tersebut kepada nasabah. Namun keuntungannya adalah pemantauan atas kinerja perusahaan/manajer investasi tidak hanya merupakan concern nasabah sendiri. Bank sebagai agen juga akan melakukan pemantauan. Kata orang, mendapatkan rasa aman jauh lebih berharga.

Akhirnya, ada baiknya kalo kita mulai melirik jenis produk ini sebagai salah satu alternatif investasi. Investasi reksadana sampai saat ini juga belum menjadi objek pajak. Wah…dobel kan keuntungannya??!

h1

Senangnya…

Tuesday, June 26, 2007

Tepat pukul 3.49 sore ini, akhirnya fenti bisa punya blog sendiri. Whew..senengnya 🙂

Fenti janji, enggak seperti blog yang di friendster, blog yang satu ini bakal fenti update lebih rajin dan lebih bermutu serta lebih bermanfaat buat orang banyak.

Dan secara gradually, blog ini akan fenti perbaiki previewnya supaya lebih keren dan lebih enak diliat. Sekarang masih tahap belajar, semakin sering fenti utek2, yakin deh…blog ini bakal lebih yahud 😀 Practice makes perfect, learning by doing lah… Jadi, tunggu saja yah!